BAB I
PENDAHULUAN ETIKA SEBAGAI TINJAUAN
I. Pendahuluan Etika Sebagai Tinjauan
1.
Pengertian
Etika
Munawir (1997), Etika merupakan suatu prinsip moral dan
perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang
dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji dan
menigkatkan martabat dan kehormatan seseorang.
Menurut Brooks (2007), Etika adalah cabang dari filsafat
yang menyelidiki penilaian normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa
yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk
menghindari permasalahan – permasalahan di dunia nyata.
Etika sangat erat kaitannya dengan perilaku bermoral. Moral
adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai anggota
kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugasnya atau fungsi yang diharuskan
kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (sukamto, 1991).
Bertens (2000) menyebutkan bahwa teori etika dapat membantu
proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan moral dan justifikasi
terhadap keputusan tersebut.
Menurut Duska (2003), teori etika dikembangkan dalam tiga
bagian yaitu :
1.
Utlitarian Theory
Teori ini membahas mengenai optimalisasi pengambilan
keputusan individu untuk memaksimumkan manfaat dan meminimalkan dampak negatif.
Terdapat dua jenis utilitarisme, yaitu :
a.
act utilitarisme yaitu perbuatan yang bermanfaat
untuk banyak orang
b.
rule utilitarisme yaitu aturan moral yang diterima
oleh masyarakat luas
2.
Deonotologi Theory
Teori etika ini membehas mengenai kewajiban individu untuk
memberikan hak kepada orang lain, sehingga dasar untuk menilai baik atau buruk
suatu hal harus didasarkan pada kewajiban bukan konsekuensi perbuatan
3.
Virtue Theory
Teori ini menjelaskan disposisi watak seseorang yang
memungkinkan untuk bertingkah laku baik secara moral. Ada dua jenis virtue
theory, yaitu :
a.
Pelaku bisnis individual, seperti :
kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan
b.
Taraf perusahaan, seperti :
kemarahan, loyalitas, kehormatan, rasa malu yang dimiliki oleh manajer dan
karyawan
2.
Prinsip-Prinsip
Etika
Prinsip-prinsip
Fundamental Etika IFAC :
1)
Integritas.
Seorang
akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan bisnis
dan profesionalnya.
2)
Objektivitas.
Seorang
akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya
bias, konflik kepentingan, atau dibawah penguruh orang lain
sehinggamengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional.
3)
Kompetensi profesional dan
kehati-hatian.
Seorang
akuntan profesionalmempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan
keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang dipelukan untuk
menjaminseorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten
yangdidasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini.
Seorangakntan profesional harus bekerja secara tekun serta mengikuti
standar-standar profesional haus bekerja secara tekun serta mengikuti
standar-standar profesionaldan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa
profesional.
4)
Kerahasiaan.
Seorang
akuntan profesional harus menghormati kerhasiaaninformasi yang diperolehnya
sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnisserta tidak boleh
mengungapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa izinyng enar dan
spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak profesional untuk
mengungkapkannya.
5)
Perilaku Profesional.
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan
perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang
dapatmendiskreditkan profesi.
3.
Basis
Teori Etika
Menurut buku yang berjudul “Hukum dan Etika Bisnis” karangan
Dr. H. Budi Untung, S.H., M.M, etika dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Etika Deskriptif
Etika deskriptif yaitu etika di mana objek yang dinilai
adalah sikap dan perilaku manusia dalam mengejar tujuan hidupnya sebagaimana
adanya. Nilai dan pola perilaku manusia sebagaimana adanya ini tercemin pada
situasi dan kondisi yang telah membudaya di masyarakat secara turun-temurun.
2) Etika Normatif
Etika normatif yaitu sikap dan perilaku manusia atau
massyarakat sesuai dengan norma dan moralitas yang ideal. Etika ini secara umum
dinilai memenuhi tuntutan dan perkembangan dinamika serta kondisi masyarakat.
Adanya tuntutan yang menjadi avuan bagi masyarakat umum atau semua pihak dalam
menjalankan kehidupannya.
3) Etika Deontologi
Etika deontologi yaitu etika yang dilaksanakan dengan
dorongan oleh kewajiban untuk berbuat baik terhadap orang atau pihak lain dari
pelaku kehidupan. Bukan hanya dilihat dari akibat dan tujuan yang ditimbulakan
oleh sesuatu kegiatan atau aktivitas, tetapi dari sesuatu aktivitas yang
dilaksanakan karena ingin berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau pihak lain.
4) Etika Teleologi
Etika Teleologi adalah etika yang diukur dari apa tujuan
yang dicapai oleh para pelaku kegiatan. Aktivitas akan dinilai baik jika
bertujuan baik. Artinya sesuatu yang dicapai adalah sesuatu yang baik dan
mempunyai akibat yang baik. Baik ditinjau dari kepentingan pihak yang terkait,
maupun dilihat dari kepentingan semua pihak. Dalam etika ini dikelompollan
menjadi dua macam yaitu :
a.
Egoisme, yaitu etika yang baik
menurut pelaku saja, sedangkan bagi yang lain mungkin tidak baik.
b.
Utilitarianisme, adalah etika yang
baik bagi semua pihak, artinya semua pihak baik yang terkait langsung maupun
tidak langsung akan menerima pengaruh yang baik.
4.
Egoism
Kata
"egoisme" merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yakni ego,
yang berasal dari kata Yunani kuno - yang masih digunakan dalam bahasa Yunani
modern - ego (εγώ) yang berarti "diri" atau "Saya",
dan-isme, digunakan untuk menunjukkan sistem kepercayaannya. Dengan demikian,
istilah ini secara etimologis berhubungan sangat erat dengan egoisme filosofis.
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan
pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki
pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang dan pentingnya -
intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang kepedulian
terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya dan hanya memikirkan diri
sendiri.
Egois ini memiliki rasa yang luar biasa dari sentralitas
dari 'Aku adalah':. Kualitas pribadi mereka Egotisme berarti menempatkan diri
pada inti dunia seseorang tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk yang
dicintai atau dianggap sebagai "dekat," dalam lain hal kecuali yang
ditetapkan oleh egois itu.
Teori eogisme atau egotisme diungkapkan oleh Friedrich
Wilhelm Nietche yang merupakan pengkritik keras utilitarianisme dan juga kuat
menentang teori Kemoralan Sosial. Teori egoisme berprinsip bahwa setiap orang
harus bersifat keakuan, yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan memberikan
manfaat kepada diri sendiri. Selain itu, setiap perbuatan yang memberikan
keuntungan merupakan perbuatan yang baik dan satu perbuatan yang buruk jika
merugikan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik. 2011. Etika
Bisnis dan Profesi-Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta : Salemba
Empat
Bertens, 2000. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Brooks, Leonard J. 2007. Etika Bisnis & Profesi,
Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat
Budi,Untung.2012. Hukum Dan Etika Bisnis.
Yogyakarta: CV Andi Offse
Duska, Ronald f., and Brenda Shay Duska. 2003.Accounting
Ethics. Blackwell Publishing Ltd, United Kingdom.
Munawir, S. 1997. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta : Liberty
Sukamto. 1991. Pengajaran Etika Profesional. Makalah
yang disampaikan pada seminar pengajaran Pemeriksaan Akuntansi, PAU UGM
IFAC Ethics Committee
https://www.slideshare.net/IndraHendiyana/be-amp-gg-indra-hendiyana-hapzi-ali-philosophical-ethics-and-business-universitas-mercu-buana-2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar